Sambutan Rektor pada Wisuda Universitas Janabadra Periode Februari 2022 Fenomena Angsa Terbang (Flying Geese)

Bismillahir rahmanir rahim

Assalamu alaikum, wr. wb.

Selamat pagi, salam sejahtera dan salam sehat untuk kita semua

Yang saya hormati:

Kepala Lembaga Layanan Pendidikan Tinggi Wilayah V DIY

Ketua APTISI Wilayah V DIY

Pimpinan Perguruan Tinggi Swasta sahabat di lingkungan DIY

Para Pejabat Sipil dan Militer di lingkungan DIY

Partner kerjasama Universitas Janabadra, baik dari perbankkan maupun dari media cetak

Para hadirin tamu undangan, orang tua/wali/pendamping calon alumni yang berbahagia

Pengurus Yayasan Perguruan Tinggi Janabadra

Senat Universitas Janabadra

Pengurus Ikatan Keluarga Alumni Janabadra

Dan Para wisudawan dan wisudawati yang saya banggakan

Pertama, marilah kita panjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT, karena pada hari ini kita masih diberi nikmat kesehatan dan kesempatan sehingga dapat berkumpul secara virtual di tempat masing masing ini dalam suasana khidmat dan bahagia untuk mengikuti acara Wisuda Universitas Janabadra Periode Februari 2022 tanpa suatu halangan apapun.

Hadirin yang saya hormati.

Mengapa sekelompok burung yang terbang membentuk formasi huruf V? Para ilmuwan menemukan bahwa formasi berbentuk huruf V yang digunakan kawanan burung saat bermigrasi memiliki dua tujuan penting.

Pertama, menghemat energi mereka. Setiap burung terbang sedikit di atas burung di depannya, menghasilkan pengurangan hambatan angin. Burung burung bergiliran berada di depan, lalu bergeser ke belakang ketika mereka lelah. Dengan cara ini, mereka dapat terbang dalam waktu yang lama sebelu ereka harus berhenti total untuk beristirahat. Majalah Nature di tahun 2001 pernah meneliti bahwa pelikan yang terbang sendiri mengepakkan sayapnya lebih sering dan memiliki detak jantung yang lebih tinggi dari pada yang terbang dalam formasi V.

Manfaat kedua dari formasi V adalah kemudahan untuk melacak setiap burung dalam kelompok. Terbang dalam formasi V dapat membantu komunikasi dan koordinasi dalam kelompok. Pilot pesawat tempur sering menggunakan formasi ini untuk alasan yang sama.

Hadirin yang saya muliakan.

Fenomena sekelompok burung yang terbang dengan membentuk formasi huruf V ini dikenal dengan fenomena angsa terbang (flying geese). Paradigma ini kemudian ditiru oleh Bangsa Jepang untuk mengembangkan bangsa bangsa terbelakang agar dapat bersaing dengan negara maju.

Kaname Akamatsu, di tahun 1930an, mencetuskan gagasan angsa terbang (fyling geese) ini untuk menjelaskan pertumbuhan ekonomi Asia dalam pola terbang huruf V guna menciptakan sinkronisasi kepentingan. Gagasan ini kemudian disajikan kepada akademisi dunia setelah Perang Dunia II pada tahun 1961 dan 1962 artikel dalam bahasa Inggris.

Akamatsu berpendapat bahwa negara negara berkembang di Asia dapat secara berturut turut sejajar di belakang negara negara industri maju dalam urutan tahapan pertumbuhan ekonomi mereka. Angsa terdepan yang utama dalam pola ini adalah Jepang. Selanjutnya, negara negara lapis kedua terdiri dari negara negara industri baru seperti Korea Selatan, Taiwan, Singapura, dan Hong Kong. Setelah kedua kelompok ini, muncul negara negara utama ASEAN seperti Indonesia, Thailand, dan Malaysia. Akhirnya, negara negara besar yang kurang berkembang di kawasan seperti Vietnam dan Filipina menjadi barisan belakang dalam formasi V untuk mencapai Victory atau kemenangan.

Model Akamatsu menjelaskan proses mengejar ketertinggalan industrialisasi ekonomi pendatang baru dalam tiga aspek berikut.

  1. Aspek intra industri: pengembangan produk di negara berkembang tertentu, dengan satu industri tumbuh melalui tiga kurva deret waktu, yaitu, impor (M), produksi (P), dan ekspor (E).
  2. Aspek antar industri: kemunculan dan perkembangan industri secara berurutan di negara berkembang tertentu, dengan industri yang terdiversifikasi dan ditingkatkan dari barang konsumsi ke barang modal dan/atau dari produk sederhana ke produk yang lebih canggih.
  3. Aspek internasional: proses relokasi industri selanjutnya dari negara maju ke negara berkembang selama proses pengejaran yang terakhir.

Selain Akamatsu, Saburo Okita, ekonom terkenal Jepang dan menteri luar negeri pada 1980 an, sangat berkontribusi dala emperkenalkan pola pengembangan konsep ini kepada khalayak yang lebih luas termasuk dunia politik dan bisnis. Dengan demikian, transmisi regional industrialisasi, yang didorong oleh proses pengejaran ketertinggalan (catch up) melalui diversifikasi/rasionalisasi industri, menjadi terkenal sebagai mesin pertumbuhan ekonomi Asia.

Para wisudawan yang saya banggakan.

Apa yang kita bisa pelajari dari fenomena angsa terbang ini? Pertama, model ini mengajarkan kita untuk melakukan kolaborasi dan komunikasi dengan baik untuk mencapai tujuan bersama secara kolektif. Fenomena ini digerakkan oleh kepemimpinan yang kuat sehingga mampu mendorong restrukturisasi kemampuan organisasi berdasarkan keunggulan komparatif yang dinamis.

Kedua, fenomena angsa terbang menunjukkan adanya sinergi yang diperoleh dari pembagian kerja secara vertikal maupun pembagian kerja secara horizontal. Pembagian kerja vertikal berarti hubungan antara pengusaha dengan pemerintah, bawahan dengan atasan; sedangkan pembagian kerja horizontal berarti hubungan antara sesama kita. Fenomena angsa terbang menunjukkan kepada kita bahwa kemenangan (victory) tidak mungkin tercapa hanya dari satu jenis pembagian kerja saja.

Ketiga, model flying geese ini ternyata sangat dinamis. Seringkali di antara negara negara pada tahap perkembangan yang sama tidak berbagi budaya yang sama. Di kawasan Pasifik, misalnya, Amerika Serikat lebih dulu berkembang sebagai negara pemimpin. Namun, sejak akhir abad ke 19, Jepang mulai mengejar perkembangan di sektor barang konsumsi, barang konsumsi, dan barang modal. Sekarang, negara negara ASEAN mulai mengikuti jejak Jepang. Karena ada begitu banyak variasi dalam tahap pembangunan, kekayaan sumber daya alam, dan warisan budaya, agama, dan sejarah negara negara Asia, integrasi penuh jelas tidak mungkin terjadi. Akan tetapi, ternyata justru keragaman inilah yang berfungsi memfasilitasi pola pembangunan bersama karena masing masing mampu memanfaatkan kekhasannya untuk berkembang dengan pembagian kerja yang mendukung.

Para wisudawan yang saya cintai.

Kita tahu bahwa bekerja secara kolaboratif, bukan secara individu, membantu meningkatkan produktivitas dan memberikan kita semua akan rasa memiliki dan kesamaan tujuan dalam organisasi. Juga menjadi lebih mudah untuk melakukan brain storming ide ide untuk memecahkan masalah yang ada atau memberikan pekerjaan yang dibutuhkan tepat waktu.

Kita juga tahu bahwa pasar kerja modern saat ini telah berubah. Orang menginginkan mobilitas, variasi, dan kesempatan untuk mengembangkan keterampilan mereka. Sebagai alumni Universitas Janabadra, mari kita secara proaktif membina, membangun, dan memanfaatkan kekuatan jaringan alumni.

Jaringan alumni dapat memberikan sumber daya yang signifikan bagi organisasi dan dapat menambah nilai dalam jangka panjang (long lasting). Jaringan ini juga bisa bertindak sebagai jalan pintas untuk menyaring kandidat dan digunakan sebagai alat perekrutan. Gampangnya, kalau Anda kelak akan merekrut karyawan baru, utamakan lulusan Janabadra. Kalau Anda kelak akan membuka tender, utamakan lulusan Janabadra.

Jejaring alumni yang kuat dapat menjamin darah baru dan memberi kita keunggulan atas pesaing kitamyang lain. Sebagaimana fenomena flying geese tadi, jaringan memungkinkan kita untuk melakukan lebih banyak hal dengan energi yang lebih hemat namun tujuan yang justru lebih efektif.

Akhir kata, selamat atas kelulusan Anda sekalian. Semoga rahmat Allah SWT menyertai kita semua dala elalui pandemi ini. Semoga bangsa ini senantiasa diberikan kekuatan dala encari jalan jalan keluar atas permasalahan yang sedang dihadapi.

Wabillahi taufiq wal hidayah,

Wassalaamu ;alaikum wr.wb.

Yogyakarta, 26 Februari 2022

Rektor,

Dr. Ir. Edy Sriyono, M.T.