PEMBUKAAN KULIAH SEMESTER GENAP 2014/2015 UNIVERSITAS JANABADRA
Pendapat ini dikemukakan oleh Mas Bekel Supriyanto sebagai pembicara dalam Kuliah Umum Semester Genap tahun 2015, Universitas Janabadra (UJB) Yogyakarta di auditorium kampus Pingit, Senin (2/2) dengan topik Kuliah Umum Keistimewaan Yogyakarta. Kuliah umum kali ini berbeda dengan kuliah umum sebelumnya. Pembicaranya bukan dari akademisi namun kompeten dengan topik, karena dari Forum Keistimewaan untuk Kesejahteraan. Mas Bekel Jaya Supriyanto pada Bidang Sosial dan Budaya. Meskipun tetap formal nuansa entertainment sangat terasa. Tampil dengan busana Jawa lengkap, tanpa membagikan makalah, dan tidak menggunakan peralatan LCD untuk menjelaskan materi yang dia sampaikan. Gaya penyampaiannya juga seperti aktor panggung yang sedang membawakan monolog. Sebagai praktisi pranatacara seringkali menampilkan gaya itu, menggunakan Bahasa Jawa segala. Bahasa tubuh ikut melengkapi penampilannya. Kadang juga menampilkan gaya pidato Bung Karno dan mendapat sambutan tepuk tangan dari peserta Kuliah Umum. Sedianya tampil sebagai pembicara bersama GKR Pembayun, tetapi karena putri Sultan Hamengku Buwono X itu agak kurang sehat, maka Mas Bekel tampil sendirian. Pembicaraan diawali dari Palihan Nagari, berdirinya Kasultanan Ngayogyakarta sampai kepada masa-masa Perang Kemerdekaan. Menceritakan bagaimana peranan Sultan Hamengku Buwono IX dalam menegakkan NKRI yang baru saja berdiri. Menawarkan Yogyakarta sebagai ibukota NKRI karena Jakarta waktu itu gawat. Lalu bagaimana mencetuskan ide dan menyusun strategi Serangan Oemoem 1 Maret. Juga menceritakan filosofi garis imanjiner dari Merapi sampai Parangkusumo, Tugu Golong Gilig dan sebagainya